21 September 2011
“Rindu tatapan matanya yang
menenangkan hati, rindu kata – katanya, rindu gaya bicaranya, rindu
kegilaannya, rindu sosok dirinya”
Malam
yang penuh kesunyian,hanya
derik jangkrik yang terdengar. Aku termenung menatap layar handphone, sejak kapan aku jadi seperti ini, gila akan hal – hal yang belum pernah kualami. Aku merindukanmu, sungguh. Kenangan – kenangan yang tak mudah kulupakan, suara itu,aroma parfum, gayamu bertingkah benar – benar menutupi seluruh pikiranku.
derik jangkrik yang terdengar. Aku termenung menatap layar handphone, sejak kapan aku jadi seperti ini, gila akan hal – hal yang belum pernah kualami. Aku merindukanmu, sungguh. Kenangan – kenangan yang tak mudah kulupakan, suara itu,aroma parfum, gayamu bertingkah benar – benar menutupi seluruh pikiranku.
“Siip
deh. Yaudah kakak berangkat sekarang.”
Malam
itu, bulan seolah – olah menyambut kedatangan kami, bola – bola lampu kerlap
kerlip di sudut – sudut taman. “Malam yang indah,”gumamku.
Tak
lama kemudian sosok yang baru kukenal sebulan yang lalu, saat masih jadi siswa
SMA yang sama denganku.
“Hei
Mel, apa kabar?”
“Hei
Kak, Alhamdulillah kabar baik.hehe jauh gak Kak dari rumah kesini?.”
Sebenarnya
hanya sebuah coklat bikinanku yang ingin kuberikan. Lama bertatap
muka,berbincang – bincang sekenanya, tak terasa sudah hampir pukul 9 malam.
“Wah,Kak,
udah malem nih. Pulang yook!.” Sedikit basa – basi akhirnya dia mengantarkanku
pulang, sebenarnya jarak dari rumah ke taman sih tidak seberapa jauh, tapi dia
memaksa, yasudah.
“Thank’s
Kak,” senyum tersimpul dari wajahku.
“Sama
– sama Mel, yaudah Kakak pulang dulu yaa. Salam untuk keluarga di rumah,” dia
pun membalas senyum itu, kulambaikan tangan, kutatap punggungnya, kembali dia
menengok kearahku tersenyum sebelum ia hampir hilang di ujung gang.
Lamunanku
terhenti saat ibu mengingatkanku untuk salat isya.
“Iyaa
Bu sebentar, nanti Ayi salat.”
**
03 Oktober 2011
Oh tidaaakk!! Aku akan merindukan
semua ini Tuhan!!.
Hari ini hari terakhir ujian tengah
semester untuk siswa/siswi MAN di
sekolahku. Setelah ini tidak ada lagi ujian tengah semester, tidak ada lagi
contek – menyontek saat ujian, tidak ada canda tawa saat sebelum ujian. Hah,
detik – detik calon alumni ya gini, semuanya serba mengenang!
“Bruuuk…bruuuuk…bruuukk,”
suara dari arah kantin siswa. Semua siswa yang ada di kantin, di jalan menuju
kantin terdiam,syok saat melihat kejadian itu.
“Ohhh
No!!” aku angkat tangan,bergegas menyusul temanku didepan.
“Mel???” tatapan penuh makna tertuju padaku.
“Itu ada apa ya Nak?” Tanya salah seorang guru di koperasi siswa.
“Mel???” tatapan penuh makna tertuju padaku.
“Itu ada apa ya Nak?” Tanya salah seorang guru di koperasi siswa.
“Eh,
gak tau Bu itu tadi kenapa.” celetuk temanku.
Sebagian
siswa laki – laki dengan sigap
mengangkat motor – motor itu satu persatu, membenahi posisi motor – motor
tersebut. Tiba – tiba seorang pria
bertubuh gemuk berjalan kearah kami berempat, dengan wajah bak seorang psikopat
handal.
“Dek,
Loe liat gak orang yang ngejatohin tadi?”
“Enggak
Kak,enggak.” Dengan gemetar, temanku menjawab. Pikiran ku pun tak karuan hingga
azan zuhur berkumandang dari masjid sekolah.
“Loe
temuin aja dulu Kakak itu, terus minta maaf deh”
“Gue
takut tauk!!” rasa dag dig dug masih terdengar dari jantungku.
Saat
pulang sekolah, aku coba menemui kakak kelas yang katanya motornya itu lecet
lumayan parah. Mendengar kata – kata “lecet parah” saja hatiku sedikit menolak
untuk bertemu kakak itu, tapi aku harus bertanggung jawab dengan semua ini.
Dua
pria yang tak asing dimataku berdiri dihadapanku dengan tatapan interogasi.
“Siapa
dek yang jatohin tadi? Gak apa – apa kok ,cewek apa cowok?” Tanya seorang laki
– laki tidak seberapa tinggi.
“nggg..
cewek Kak,” sahut temanku. Teman – temanku mendorongku untuk mengucapkan kata
maaf.
“Kak,
aku yang jatohin. Maaf ya Kak,” pintaku dengan
wajah memelas. Aku tidak berani menatap mata kedua laki – laki itu.
“Ohh
cewek toh, gak apa – apa kok Dek,” satu senyum dibikin olehnya.
“Kirain
saya tadi cowok, kalo cowok aja hmmm saya udah minta ganti rugi tadi,” jelasnya
sambil menebar tawa.
Hari
ini akan jadi kenangan saat SMA yang tidak akan terlupakan, 25 Januari 2010
“The Embarrassing Day”.
“Woy
Mel ! Ngelamun aja loe!”
“Apa
oy, ngagetin gue aja loe ini!” aku kaget saat ditepuk bahuku.
“Ayo
pulang, mau bareng gak?” saat itu pula aku bergegas menuju parkir sekolah.
**
07 Oktober 2011
“Iss!
Siapa sih ini pagi – pagi udah nelpon aja” kesalku sudah hadir hari pagi ini.
“Hallo..
Siapa ini?”
“Siapa
coba? Ini Amel kan?” suara dari seberang telepon. Aku rasa aku kenal suara ini,
tapi aku pura – pura lupa saja.
“Emm..
gitu yaa Amel udah gak kenal lagi, boleeh Amel udah lupa,”
“Oh
iya iya, kenapa ya?”
Bla..bla..bla…Dia
kembali hadir di ingatanku, aku bosan dengan sikapnya yang tiba – tiba
menghilang, tiba – tiba hadir. Dia pikir aku ini layangan kali yaa? Hah,hanya
menanyakan kabar, studiku, pribadiku hingga banyak yang dibicarakan dan cukup
membuat rinduku ini sedikit terobati,sebenarnya.
Please,
jangan ganggu gue untuk kelas tiga ini!! Jangan pernah bikin gue
kecewa,tertekan dan jadi beban pikiran gue! Gue Cuma butuh support dari kalian, senyum dari kalian dan ketenangan batin gue
untuk kedepannya!
**
Kita
Dear diary, 21 April 2012
Happy Kartini’s Day !
Waktu
mempertemukan dua pasang mata dari arah yang berbeda. Kutatap matamu seperti aku melihat dunia yang belum
pernah aku temui disana. Sejak pertemuan itu ,aku mulai menemukan zona nyamanku
saat bersamamu.
“Gue
maen kerumah loe ya?”
“Maenlah,
gue tunggu. Kalo udah sampe rumah sms gue.” Orang ini benar – benar bisa bikin aku
tertawa, ckck. Baru kali ini aku bertemu sosok yang humorisnya ngena’ banget dihati.
“Yi,
ada temen kamu nih,”
“Iya
Yah,sebentar.” mata masih berat, rasanya enggan sekali berpisah dengan kasurku.
“Eh
elo Ka, gue pikir loe bo’ong mau kesininya” sambil mengucek mata.
“Ngapain
gue bo’ong kali. Baru bangun tidur ya loe?”
Ayah
orang pertama yang mengajaknya ngobrol, sementara aku kebelakang membuatkan
minuman untuknya. Lama berbincang – bincang, tak terasa jarum panjang sudah ada
diantara angka 3 dan 4 ,sisanya ke angka
7. Sudah sore pikirku, azan ashar sudah berkumandang sejak tadi. Aku mengajaknya untuk solat ashar terlebih
dahulu. Dia solat di masjid dan aku di rumah saja,cukup adil sepertinya. Aku
mandi sebentar, dan pas sekali aku sudah rapi dan dia kembali dari masjid.
“Kenapa
motornya?” intipku dari balik jendela ruang depan.
“Eh,
gak apa – apa kok. Cuma ngecek aja
bannya oleng apa gak.”
“Oh oleng toh. Hm oleng itu kan ‘kalo pulang jangan lupa bawa oleng – oleng ya.’ ?,”
“Oh oleng toh. Hm oleng itu kan ‘kalo pulang jangan lupa bawa oleng – oleng ya.’ ?,”
“Oleh
– oleh itu!!!! Hahahaha ” tawa pun memecahkan suasana sore itu.
“Oh
oleh – oleh toh hahaha. gilak loe!” Sambil memainkan bola kaki milik adikku.
“Elo!,”
aku tak dapat menahan tawa, benar – benar berisik sore itu.
“Gilanya
juga karena elo! hahaha” hening.
Ssiiingg…
Benda asing kearahku.
“Au,!” ternyata bola tadi mengenaiku,cukup membuatku rambut ku kotor dan kepalaku nyeri. Sedikit.
“Au,!” ternyata bola tadi mengenaiku,cukup membuatku rambut ku kotor dan kepalaku nyeri. Sedikit.
“Hehe, maaf – maaf,” langsung dielusnya
kepalaku dengan lembut. Perasaan apa ini.
Cukup
lama bersenda gurau, aku mengajaknya jalan – jalan sore, menghirup udara luar
sejenak.
“Gue
apa elo nih yang bawa motornya?”
“Zzzz.. gue aja lah sini,” aku langsung mengendarai matic-nya.
“Zzzz.. gue aja lah sini,” aku langsung mengendarai matic-nya.
Mimpi
apa aku semalam ya, orang ini gila sekali menurutku, cocok dijadikan bahan
kongekan setiap hari, cocok jadi teman
gila saat apapun. Hahaha..
We walked around to Senior High
School 12, and then Islamic Senior High School. God what’s going on? I feel
different.
Ternyata
tadi ayah menceritakanku toh, pantas saja laki – laki ini seperti mengetahui
banyak hal tentangku. “Menyebalkan , dia
pintar sekali mengambil hati oranglain, harus apa aku jika sudah seperti ini,” batinku.
**
24 April 2012
Hari
berikutnya setelah kita saling kenal
**
Dear diary,13 Juli 2012
Today will be our
day and last day for a while J. Sudah seharian nih kita bareng – bareng. I’m happy today!
Ya Allah berikan aku kekuatan menghadapi segala macam
rintangan, jadikan aku orang paling beruntung di dunia ini. Mudahkan segala
urusanku, berikan aku kesehatan jasmani dan rohani. Berikan aku jodoh yang terbaik
menurut-Mu. Aku juga mau sukses Ya Allah, pasti! J
Aaamiin...
“Besok sore, Aku berangkat sama Kakak ke Kaltim,yaaah Amel
ditinggal.hahaha,” tawanya mencairkan suasana.
“Emm begitu toh, lama gak? Kapan pulangnya?,” tanyaku tanpa
menatap matanya.
“Gak tau sayang, dari sini kesana kan jauh, tapi janji kok nanti aku pulang setahun
sekali,” dua pasang bola mata bertemu saat itu, kurasakan jeritan hati ini
sesungguhnya.
Menceritakan
banyak hal tentang kita, cita – cita kita, masa lalu kita, bahkan pohon yang
menjadi saksi bisu kita pun mampu menghadirkan gelak tawa hari ini.
Sore sudah
hadir lagi, cepat sekali. Waktunya berpisah. Aku say ‘goodbye’ dan pamit pulang
duluan.
“Aku pulang duluan yaa,” kuraih tangannya lalu bersalaman.
“Hati – hati ya, jaga diri kamu baik – baik disini,” tanpa
hilang satu detik pun, dielusnya kepalaku seketika satu kecupan mendarat di
keningku, aku pun jatuh di pelukannya.
“Oiya, aku
punya sesuatu untuk kamu,” dilepasnya pelukan itu, dan langsung mengambil
bingkisan di dekat lemari , entah isinya apa aku pun tidak tahu. Langsung saja
aku ambil bingkisan itu.
“Terimakasih,” senyum
ikhlasku muncul.
“Isinya apaan?,” selidikku. Dia bilang hanya ‘something’ yang
gak boleh diliat dari harganya,tapi dari niatnya. Dan bingkisan itu hanya boleh
dibuka ketika aku dirumah nanti. Baiklah, hal yang mudah bagiku.
Tak sabar untuk sampai di rumah. Mimpi apa aku tahun lalu?
bisa merasakan hal yang mungkin tak terbayang olehku sebelumnya.
Dua lembar kertas kutemukan dari kotak berbentuk persegi
panjang, kubaca kalimat demi kalimat tanpa ada satu pun yang terlewat.
....meskipun aku
pergi gak tau kapan pulangnya, entah setahun, dua tahun atau lebih tapi percaya
deh nanti aku pulang untuk temui kamu....
Cukup sedih baca semua
kata – katanya. Tapi cukup sudah deh sedihnya. Kita harus sukses! Mimpi kita
banyak yang perlu kita wujudkan! :)
Me:
13/07 17:05
Makasih sayang
untuk bingkisannya, aku suka. Makasih juga untuk hari ini :*
Hati2 dijalan,
kabar2in yg disini.
Abang:
13/07 17:09
Sama –sama sayang
:*
Pasti aku kabarin
kok, kamu jaga diri kamu baik 2 disini ya, jgn nakal :p
Perpisahan
Focus
to study. Focus to University! Focus to my future! I’m sure that my future will
be bright!! Bright as a STAR!
“Anak
– anak berhubung sebentar lagi kita akan menghadapi ujian nasional, diharapkan
agar siswa / siswi Madrasah Aliyah Negeri 1 bisa mengikut bimbingan belajar
yang diprogramkan dari sekolah dengan baik.”
Oke,
baiklah bapak guru, aku akan mengikutinya. Aku rasa kami semua akan mengikutinya.
Sudah jadi calon mahasiswa , sudah bisa menentukan piliha sendiri. Saat – saat
seperti inilah saat – saat yang menegangkan, harus lulus ujian, harus tentukan
pilihan universitas.
Semenjak
kelas 12 ini, guru kami sering memberi motivasi kepada kami, meskipun hanya
beberapa guru yang mengerti keadaan mental kami. Masa – masa ini seharusnya
siswa/siswi tidak dianjurkan untuk terlalu memikirkan pelajaran,mereka
seharusnya diberikan bimbingan mental.
“Setiap
pagi Ibu akan menanyakan minat kalian setelah lulus dari sekolah ini sebelum
kita mulai pelajaran ini. bagaimana?”
“Setuju
Buuu!!”
Beragam
universitas yang diinginkan 30 siswa di kelasku. “Saya mau lanjut ke UI jurusan Psikolog Bu!”
teriak teman sebelahku. Sisanya meng-aminkan ucapan itu, karena ucapan adalah
doa.
**
26 Mei 2013
“Alhamdulillah!!
Gue lulus Mel!.” Ditengah air mata bahagia ini, salah seorang teman sekelasku
masih sesenggukan,masih mengalir air matanya.
“Pute, amplop loe mana?” Tanya
Anisya, teman sebangkunya selama tiga tahun.
Tidak ada jawaban pasti dari Puteri,
langsung ku buka amplopnya, kosong.
“Puteee…!!” tak dapat lagi kubendung
air mata ini. Ajirnii yang melihatku, langsung berlari kearah wanita paruh baya
dihadapan kami.
“Buuk, surat Pute mana Buk??!!”
suara serak akibat nangis yang tak kunjung henti. Hening pun tak mampu, suasana
yang seperti ini tak pernah sedikitpun aku harapkan! Sungguh.
“Maaf
anak – anak, ibu gak bisa bantu” suara lirih dari beliau. Mendengar ucapannya,
makin menjadi tangis kami, benar – benar tak termaafkan diri ini jika tidak
bisa melangkah keluar bersama. Semuanya bersorak – sorai atas kelulusan
mereka,bagaimana kita teman? Apakah takdir tidak berpihak pada kami?.
“Anak
– anak. Kesini, mendekat sebentar.”
Oh God! Aku tak mampu mendengar ini semua. Engkau lebih
baik dari sejagat raya ini, aku tau.
Lebih cepat lebih baik, sesegera mungkin kami maju lebih dekat dengan beliau.
“Anak
– anak, sebelumnya Ibu minta maaf jika selama Ibu mengajar banyak hal – hal
yang kurang menyenangkan untuk kalian, ini hasil kalian, semua ini di luar
dugaan kita semua. Sekali lagi maaf anak – anak, kalian lulus 100%” raut wajah
berubah jadi senyum sumringah.
“Alhamdulillah!! Kita lulus temaan!”
teriakku. Sujud syukur, airmata bahagia tak dapat dibendung lagi. Tak terbayang
jika yang tadi benar – benar terjadi!.Kucurahkan seluruh air mata untuk
kebahagiaan ini. Terimakasih Ya Allah,
Engkau telah mengabulkan doa kami. Tak ketinggalan tradisi coret mencoret tetap berjalan, walau sebenarnya sudah di
wanti – wanti oleh guru – guru. Bajuku terlalu bagus untuk dicoret – coret
seperti itu, sayang.
Hal yang paling menakutkan saat
masih berseragam putih abu – abu ialah menjelang pengumuman kelulusan, hal –
hal negatif terkadang terlintas di pikiranku. Namun, akhirnya sampai juga aku
pada awal perjuangan yang sesungguhnya. Begitu cepat kurasakan, sepertinya baru
kemarin aku menjadi junior disini, tapi sekarang? Almamater tak ada lagi,
hanya kenangan yang bisa diingat.
Perayaan
kelulusan, sederhana saja. Hari minggu kurelakan untuk merayakan ini dengan
mereka, itung – itung untuk terakhir kalinya sebelum bertemu mereka saat
sudah sukses kelak. Ombak - ombak yang cantik, menggodaku untuk menghampiri
mereka. Meskipun aku tidak pandai berenang, setidaknya aku sudah senang bisa
menyentuh gelombang – gelombang itu dari bibir pantai.
“Mel, ke tengah yok!” ajak
Putri,teman sekolahku dari SMP sampai sekarang.
“He? Enggaklah, nanti aja, kalian
aja sana, gue nitip ubur – ubur deh,”
“Ayok, kita rame – rame make ban ,sama Salam diaorang kok,” Aku tetap tidak ingin kesana, entah kenapa
menurutku, laut menyeramkan, di bawah laut banyak makhluk – makhluk asing yang
aneh, licin, dan rumput – rumput yang… tak bisa kujelaskan satu persatu.
Layar ini akan menjadi saksi bisu
atas kebersamaan yang pernah kita lalui teman. Saksi ini akan tetap abadi, mata
ini, ingatan ini, hati ini akan selalu merekam semua kejadian indah saat
bersama kalian, kejadian terpuruk dan konyol sekalipun. Janji kita hari itu ‘kita akan berjuang demi cita – cita kita!
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya! Dimanapun kuliahnya,
asalkan tekun dan serius! Kita akan bertemu lima tahun yang akan datang!Bawa
mobil impian masing – masing, bawa calon masing – masing! Janji!’
Kuhabiskan waktu hari ini bersama
mereka, dari matahari terbit hingga hampir tenggelam. Menghabiskan memorycard semaunya, tangkap semua
kejadian yang nampak di depan mata bahkan yang freak sekalipun!. Perjalanan pulang, kami tidak langsung pulang,
masih ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Kami mampir di tempat anak –
anak kota bandarlampung ini biasa berkumpul, tidak hanya ingin berlama – lama, tetapi
karena ingin membeli cemilan juga jadi satu alasan kuat kami menepi sejenak.
**
High
– heels, accessories,make-up,parfume,gaun,lengkap sudah
untuk acara besok.
19 Mei 2012
Waktu semakin cepat berlalu,sekarang
sudah pukul 4 pagi lebih 30 menit. Aku sudah stay di tempat seperti ini, banyak jarum tersusun rapi,penuh accessories,kebaya, dan
tiga buah meja rias langsung menyambutku. Baiklah, aku pasrah jika aku harus
di-make-over.
Sentuhan
bedak tipis yang sebelumnya diberi ramuan – ramuan cair,mungkin. Aku tidak
begitu memahaminya. Satu persatu bagian wajahku dibalut ini itu,blush on,shadow,eyeliner dan lain –
lain. Tahap akhir bagian wajahku, dioleskannya bibirku dengan lipstick sekenanya. Terakhir sebelum
keluar dari ruangan ini, dipasangkannya kerudungku sedemikian rupa hingga
tampak sedikit lebih anggun dari sebelumnya.
Cepat
sekali, sudah tanggal 19 saja. Jarum panjang menuju kearah 12 tepat dan jarum lainnya
mengarah ke angka delapan. Aku siap berangkat ke acara spesial itu!
“Wah,
Dika gak salah pilih pacar nih. Cantik gini!,”
“Apasih
Yah,” cukup tersipu dengan kalimatnya.
“Yaa
Ayi kan emang cantik, gadis lampung yaa gini lah,” timpal Ibuku.
“Aaahh
udahlah, ayo berangkat Yah, udah telat
nih kayaknya.”
Semoga
hari ini jadi hari terakhir untuk masa ini dan menjadi awal kehidupan untuk
berjuang di dunia luar.
“Oooyy
Mel!! Gue disebelah sini!” teriak Putri yang sedang berdiri di depan gedung
serba guna sekolah. Spontan aku
melambaikan tangan.
Setelah
pamitan dengan ayahku, aku berjalan dengan penuh hati – hati. “Jaga keanggunanmu Mel.”suara lain. Terakhir
kali aku memakai heels seperti ini
saat umurku masih lima tahun. Untung saja aku masih ingat cara menyeimbangkan
tubuh dengan sepatu tinggi ini.
“Ya
Allah,sampe juga akhirnya.”
Sekarang
aku baru percaya kalau orang Indonesia terkenal “ngaret”nya. Janji yang
tertulis di selebaran, acara dimulai pukul 8 tepat. Mana buktinya?! Kesal
sendiri jadinya, aku kasihan saja pada kakiku ini, dugaanku mereka perlu
istirahat ekstra nanti malam.
What’s
going on!! Acara baru dimulai pukul 9 lewat?! “sabar Mel”batinku.
“Gila
banget ini panitianya, acara baru mulai jam segini?! Panas wooy!” teriak Tika
sambil bertolak pinggang.
“Iya
nih, cari ribut kayaknya” timpal Ira,sahabatku sejak SMP hingga saat ini.
Science
One, kalian sahabat terbaik, tiga tahun, hampir setiap hari waktuku pasti
kuhabiskan bersama kalian di tempat ini. Banyak orang bilang, masa putih abu –
abu adalah masa paling indah dan tak terlupakan. Dan kurasa benar! Hampir
sebagian fase hidupku kulalui bersama kalian, suatu hal yang biasa jika terjadi
cekcok diantara dua kubu dalam kamar kita
sahabat,ingatkah kalian? saat kekompakan sulit didapatkan diawal bersua, namun
akhirnya ada satu waktu yang tidak hanya menyadarkan kita apa itu arti
kebersamaan,tetapi arti sebuah kekeluargaan.
…canda tawa serta ceria, air mata
dalam duka, kita masih bersama. Rajut mimpi – mimpi indah, menghias dunia kita,
berjanji didalam cita akan selalu bersama. Sahabat yang setia…
Sayonara~ teman, sahabat, sekaligus
keluarga dalam hidupku. Kita akan bertemu lima tahun yang akan datang.
**
Drrtt...drrrtt..
Athika Handayani, S.Keb:
13/07 06:04
Ameeeeeeeeeeeel mimpi lo jadi kenyataan terima iain tadris
b.ing, slmt amel
Me:
13/07 06:10
Serius
lo ka?! Liat dimana? Alhamdulillah,makasih beh :*
Aku langsung
beranjak dari kasur kesayanganku, aku baca pesan singkat itu beberapa kali.
Kalau saja aku sedang bermimpi, ku jatuhkan pena dari meja yang ada disamping
tempat tidurku, jatuh. “Alhamdulillah Ya Allah! Kuliah!!” bahagianya aku, sujud
syukur atas segala nikmat yang Kau berikan Ya Allah. Setelah itu aku langsung mengambil
handphone-ku kembali dan menyebarkan
berita bahagia ini ke orangtuaku,kerabatku,dan dia.
“Aku diterima Bang!,” semoga kabar ini membawa berkah untuk
semua.
“Iya, hehe. Makasih untuk doanya Bang!,” lanjutku.
Cukup untuk beberapa patah kata pagi ini. Kebetulan, ayahku
sedang keluar kota, jadi aku langsung menelpon beliau. Benar – benar terharu
saat aku mendengar nasehat – nasehat beliau dari seberang sana. Aku akan berjuang demi kalian !
Pagi yang
indah, sangat disayangkan jika aku tidak bergegas untuk mandi. Sebelum mandi
akan lebih baik beberes rumah lebih dulu, segalanya akan sangat menyenangkan
hari ini, aku langsung ke dapur mencuci tumpukan piring kotor yang merusak
mataku. Menyapu sudut - sudut rumah, dan halaman yang menanti ayunan sapu dari
tanganku. Ayo! Lebih cepat,lebih baik!
“Bu, Ayi
pergi ke tempat Tika,”
“Iya, jangan
lama – lama Yi,” pesan ibuku.
Alhamdulillah
tak henti kuucapkan Ya Allah, mungkin memang benar jalanku disini, tidak
ditempat lain. Ucapan orangtua memang tidak bisa diremehkan, dari sekolah dasar
hingga seperti ini pun, studiku masih tak lepas dari beliau. Terimakasih atas
bimbingan-Mu Ya Allah, tidak ada satupun zat yang mampu menandingi kekuasaan-Mu
Rabb.
“Ah Mel, gk
lolos gue, bingung gue juga ini kenapa gak ada yang lolos coba? Perasaan soal –
soal kemaren itu gak susah – susah banget deh,”
“Anah, apa
mungkin jurusan yang loe pilih kemaren kebanyakan peminat ya Ka?,” aku coba
menebak.
“Entahlah,
pening palak gue Mel. Kayaknya gue mau ke akbid yang di jakarta itu aja deh,”
Tika mencoba menenangkan diri.
Semua
berbeda ketika angan – angan belum tercapai, perlu menggunakan cara berikutnya
untuk menentukan pilihan. Akan indah pada waktunya jika kita mengikuti
garis-Nya, hanya Dia yang mengerti jalan hidup ini sesungguhnya.
Sejak saat
itu, Tika mendaftar di salah satu perguruan tinggi kesehatan di Bekasi. Dia
mengambil jurusan kebidanan. Sedangkan Ira diterima jurusan Statistika di satu
universitas Semarang. Hampir sama dengan Tika, Putri dan Shelly melanjutkan
studinya di Poltekkes negeri jakarta dengan jurusan yang sama, kebidanan. Alangkah
senangnya aku mendengar keluarga besar Science One sekarang sudah tersebar di
berbagai penjuru daerah,ada yang di Padang,Bogor,Malang,Palembang,Jakarta,Semarang,dan
sedikit sisanya ada di kota tercinta.
**
“Pos...!!,”
ibuku langsung bergegas ke ruang depan. Aku mengikuti sampai ruang tengah saja.
“Dengan
saudari Amelya Herda Losari?,” aku langsung keluar dan meng-iyakan. Mengambil
pena yang diberikan Pak Pos dan menandatangani kertas yang ditunjuk laki – laki
itu. Kuterima amplop yang menurutku cukup tebal untuk amplop berukuran persegi
panjang berwarna putih, dan tertera nama satu lembaga di amplop tersebut.
“Alhamdulillah diterima Bu,”
“Alhamdulillah, yang di Jogja itu ya?,”
“Alhamdulillah, yang di Jogja itu ya?,”
Keinginanku
untuk melanjutkan studi di luar kota sepertinya tak akan terjadi saat ini. Harusku
kubur dalam – dalam keinginanku yang satu ini. Takdir tidak mengizinkanku ke
luar dari lingkaran ini.
Dunia Pelajar yang Sesungguhnya
Dear diary, 03
September2012
“Pecahkan saja gelas itu!! Biar riuh!”
Hari ini bener – bener kacau! Apa – apaan ini, hari pertama
aja udah disajikan kejadian yang bikin gila! Orangtua macam apa mereka itu,
anaknya mau mulai masuk kampus malah kayak gini! Gak pernah ngerasain jadi anak
tah?! Semua orang bilang kalo rumah itu surga bagi keluarga, tidak untukku,
neraka lebih tepat,sepertinya. Bertengkar tidak pada waktu dan tempatnya, miris
sekali mereka.
Udara segar yang baru aku tau, ternyata berangkat lebih awal
itu menenangkan,dan menyenangkan. Hembusan angin, lampu – lampu jalan yang
mulai bersaing dengan matahari,kicauan burung bersahutan, kokok ayam yang masih
terdengar beberapa, dan segelintir pengendara yang terlihat bergegas menuju impiannya
masing – masing.
Sepanjang jalan menuju kampus, baru kali ini aku melihat
warna hijau bisa berjalan seperti ini. “Ya Tuhan, banyak banget calon – calon
ini,” decak kagum sempat terlintas dibenakku. Semoga dapet temen baru, senior
yang mengasyikkan dan instruktur yang mengagumkan. Semoga.
Hari pertama, aku bisa mati kelaparan kalau saja aku tidak
mengisi perutku siang ini. Tetapi untung saja, aku bertemu sahabat lama sejak
SMP. Dunia ini sempit, sangat sempit. Kemana pun kaumelangkah, jika takdir
mempertemukan, diam seribu bahasa. “Lapaaaarr!! Makanan mana makanan?!”rintihan
perut mulai memanggil. Sungguh diluar dugaan jika akan seperti ini, berdesak –
desakan ditengah kerumunan orang yang mulai menjelma bak kanibal mencari
mangsa. Meski satu tujuan, satu pikiran, satu perjuangan, satu tempat dan
situasi tapi tidak untuk sekarang, rintihan ini lebih penting dari apapun.
Alhamdulillah, agenda hari ini selesai. Teman baru,suasana
baru,wawasan baru memaksaku menghentikan langkah saat ‘diskusi’ kami yang penuh
‘ketegangan’ ini berlangsung.
“What?! Tantangan?! Apaan emang?”Leni kaget sesaat mendengar
beberapa patah kata.
“Iya, besok kita semua harus dateng pagi, kumpul dibawah
tiang bendera itu. Nah,yang telat kita hukum!”
“Terus sisi tantangannya dimana?,” timpal Leni dengan lagak sombong.
“Terus sisi tantangannya dimana?,” timpal Leni dengan lagak sombong.
“Gue belum selesai ngomong Len,”disanggahnya dengan wajah
datar.
Aku terkekeh saja mendengar mereka, ternyata hanya tantangan
kecil menurutku. Besok harus datang lebih awal dari biasanya, bilaperlu jadi
orang pertama sebelum security.Bilaperlu ini. Kalau ada yang telat diantara
kita berlima, orang tersebut harus bilang ke ‘kakak kece’ itu untuk minta foto.
“Hah?!,” Serius saja aku terkejut mendengarnya, apa – apaan ini baru beberapa
hari berteman sudah ada tantangan. Hal gila apa yang sudah aku dengar hari ini
!.
**
13 September 2012
Bismillah...
Mulai hari ini akan ada warna baru dalam hidupku, bukan
berarti melupakan warna yang lain, tetapi menambah warna yang lebih terang
dalam hidupku dan kuakhiri dengan senyum bangga kelak.
Di bawah rindangnya pepohonan, banyak pasang mata berkumpul,
saling tatap penuh makna, wajah asing yang belum pernah tersirat dalam benakku
menimbulkan sejuta tanya dalam pikiranku. Teman
baru? Semoga bisa melangkah senada dihari berikutnya.
Alhamdulillah, saat pembagian kelas kemarin, namaku
terpampang di kelas A, meskipun hanya di urutan ke-8 aku harus tetap bersyukur
bisa masuk kelas ini. Dimana pun tempatnya, aku harus bisa menyesuaikan.
Perkenalan, satu per satu saling berkenalan. Aku baru sadar
bahwa hanya aku yang menempati urutan pertam di daftar kehadiran kelas, setelah
beberapa tahun yang lalu aku berada di urutan kelima. Mencengangkan! Bisa
dibayangkan jika selalu aku yang maju pertama saat presentasi kuliah nanti. Oh
tidakkkk!!
**
Dunia kampus dunia para pelajar yang sesungguhnya, dunia
yang di penuhi dengan pemikiran, perdebatan, pergolakan jiwa menentukan jalan
yang akan diambil, orang mengatas namakan mereka sebagai seorang mahasiswa,
yang berjalan penuh dengan ambisi ingin merubah dunia, penuh dengan impian,
memilah berbagai macam keilmuan, memilih mana yang diambil utuk menjadi
pandangan hidup.
“Oke class,
Good morning?,” perkuliahan pagi ini dimulai dengan bahasa internasional.
Maklum saja karena aku singgah di jurusan ini. Belum terlalu mengenal satu sama
lain, hanya senyum yang baru kami lemparkan sesama. Kuperhatikan seksama wajah
mereka, seperti wajah – wajah sang pemimpi yang penuh tekad meraih cita –
citanya.
Hari
ini hanya satu mata kuliah yang hadir, jadi bisa lebih cepat sampai rumah.
Tetapi tidak berlaku untukku, aku lebih senang menghabiskan waktu di luar
rumah, sembari melihat dunia luar. Rasanya seperti sia – sia jika berangkat
layaknya anak SMA tapi pulang layaknya taman kanak – kanak.
2
bulan kemudian...
“Kayaknya
kita ini baru masuk loh, tapi tugas udah numpuk aja,”
“Iya
nih Mel, dosennya gak kira – kira.Hohh.. baru awal ini Ya Allah,” sahut icha
yang sedang asik memainkan gadget-nya.
Tidak
salah, menggapai satu cita – cita memang perlu kerja keras dan doa. Aku
berharap kelulusan nanti akan mendapatkan yang terbaik, camlaude.Aamiin.
“Wah,
bakal nge-list tugas minggu depan
nih,” tambah Hilda.
Entah
kenapa, Tuhan mempertemukan aku dengan sahabat – sahabatku sejak SMP dulu.
Mungkin ini yang disebut jodoh, jodoh yang bersahabat atau bersahabat yang
jodoh? Ah, entahlah.
Semakin
hari semakin ku mengenal mereka semua, meskipun masih ada yang sulit ditebak
tetapi kurasa lambat laun akan terungkap. Pengumuman, seorang mahasiswa harus
cekatan dalam segala hal, termasuk segala bentuk pengumuman di kampus.
Melihat
kalender akademik rasanya tak mungkin untuk berlama – lama menetap di kampus ini,
ingin cepat – cepat lulus dari sini. Jadwal praktikum yang akan jadi agenda
tahunan sudah terbahak – bahak menatapku, matrikulasi hanya melempar senyum,
dan aku membalas tatapan mereka tajam. Hah,
jangan menatapku seperti itu kawan! Lihat saja nanti.
“Yeay!
Kita satu lokal !” teriakku dari arah kerumunan di depan pintu Pusat Bahasa.
“Nama
gue mana?” tanya Silvi penasaran.
Yang
namanya jodoh,ya tidak kemana. Berusaha sekuat apapun, pasti kemanapun kamu
melangkah, jika ditakdirkan berhenti di tempat yang sama? Terima saja.
**
Awan putih tak menampakkan diri pagi ini, bahkan matahari pun enggan untuk hadir seakan tahu
isi hatiku, ya hanya kabut tebal yang membuat kaca helm ini ber-embun. Malas rasanya untuk pergi ke kampus hari ini, paling – paling dosennya datang telat
lagi.
Memberikan
kenangan pada setiap detiknya membuatku ingin selalu menulis setiap kejadian
yang kulalui.
“Kakak
kece!!!!!”
“Mana
mana mana??!,” separo kelas heboh dan keluar kelas dengan rasa penasaran yang
membuncah. Aku terkekeh saja melihat mereka seperti itu. Apalagi pemandangan
dari kelas atas ini lebih nampak semuanya, makin puas saja aku menipu mereka.
Hahaha...
“Auu...,”
“Kenapa
Mel?” tanya salah satu temanku.
Entah
kenapa kejadian ini terulang lagi, baru setahun yang lalu seperti ini.
“Au,sakit
Ra. Susah dilurusin kaki gue” rintihan menahan sakit yang benar – benar
membuatku lumpuh sementara saat itu. Malu sekali jadi pusat perhatian para
pedagang di sepanjang jalan candi Borobudur itu. Niatnya ingin membetulkan posisi alas kaki, tapi ketika
hendak mengangkat tubuh ini seperti ada yang mengunci engsel lututku, nyeri,
tak bisa digerakkan seperti biasa dan memaksaku terjatuh duduk diatas paving yang kupijak.
Selang
beberapa menit,para pedagang langsung berkumpul menngelilingiku, sedangkan aku sibuk
menyelamatkan bawaanku, “siapa yang tau
jika ada yang menggunakan kesempatan ini”? Pikirku.
“Kenapa
Mbak?” tanya seorang ibu –ibu.
“Ini
Buk, kakinya gak bisa dilurusin”
jelas teman sebangku di sekolah.Wanita itu berlalu dengan cepat.
Kenapa
seperti ini, membuat teman – teman seangkatanku menunggu karenaku,merepotkan
saja.
“Ini
Mas, tolong dulu Mbak ini, kakinya gak bisa dilurusin,” logat jawa pun dia gunakan. Ternyata
ibu - ibu tadi memanggil mamas-mamas ini toh. Dengan sigap laki –
laki tadi menghampiriku dan mencoba memijat kakiku yang sebelumnya dia
menyuruhku menarik sedikit celana jeans
ku keatas. Sembari memijit kakiku, mamas – mamas itu bak seorang dokter yang
menghibur pasiennya dengan beberapa pertanyaan spontan. Perlahan kaki ini
diluruskan sambil sedikit ditekan bagian lututku, sungguh tak akan terlupakan,sakitnya.
“Keahlian ini harus gue curi nih! Biar
gue bisa ngobatin kaki gue sendiri kalo aja terulang” otakku mulai mencerna
situasi.
Kuseka
airmata yang menutupi wajahku, senang bisa berjalan seperti semula walau masih
agak nyeri. Tempat ini, jalan ini,candi ini,kota ini,hari ini akan jadi momen
indah tak terlupakan.
“Ya
Allah, makasih ya Mas, Mbak” tidak ada kata lain yang bisa keluar dari mulutku
saat itu, hanya kata “Terimakasih” yang mendalam. Penduduk disana sangat baik
hatinya, mereka semua bilang “Hati – hati ya Mbak,”. Saat itu aku jalan sambil
dibopoh temanku, sendal yang ku pakai dari Bandar Lampung sampai sini sudah
putus talinya, terpaksa aku nyeker. Sembari
menahan ngilu di kaki mungilku, aku mampir ke tempat dagang sepatu dan sendal,
aku pilih asal saja, toh, hanya dipakai dua hari lagi.
Pertanyaan
temanku cukup untuk menyadarkanku dari kenangan ini.
“Gilaaak!!
Gue serius tauk! Sakit, gak bisa dilurusin ini,” rintihan yang sama.
Azan
zuhur sudah berkumandang, para khotib siap menyiarkan khotbahnya, dan kaum laki
– laki wajib ke masjid kampus. Tinggallah para wanita duduk dikelas sembari
menunggu gerbang kampus dibuka setelah salat jumat.
“Gimana ini Mel kaki loe? Gue
telpon emak loe ya biar jemput loe?,”
saran Hilda yang saat itu sedang memegang hanndphone-nya.
Berbagai saran sudah ku dengar
detik itu. Kalo gak loe telpon tukang
pijet langganan loe?. Atau loe pulang
sekarang minta urutin dirumah?.Tetapi aku menolak saran, aku lebih memilih
menunggu waktu dan seseorang yang sudi memijitku.
Ternyata tidak sedikit yang
mengetahui kejadian ini.
“Get well soon Mel!” teriak laki –
laki dari lantai bawah.
“Nanti gue doain kok Mel biar cepet
sembuh!” sahut yang lain sambil menahan tawa. Sial, diejek seperti ini kah?!
“Mana
Mel? Disini?” sambil menunjuk telapak kakiku.
“Iya
Cha, loe tarik dari situ, tapi pelan-pelan!”
“Kluk..”
suaranya hampir mengalahkan suara jangkrik yang sedang berpesta malam hari.
“Ya
ampun Mel, suaranya gitu banget, kerasa banget tauk Cha, sepatunya aja sampe
gerak pas gue pegang,” jelas Hilda yang menyaksikan proses pengobatan tadi.
Sisanya hanya bengong mendengar suara yang dihasilkan lututku.
Untuk
kedua kalinya lutut ini bermasalah, semoga tidak terulang. Terimakasih untuk
mereka yang pernah menyelamatkan kaki ini. Terimakasih...
**
Jadwal
perkuliahan begitu padat dua hari ini. Mata kuliah full dari pagi hingga menjelang zuhur. Pukul setengah tiga waktunya untuk
matrikulasi, kewajiban setiap mahasiswa baru sebagai persyaratan wisuda nanti.
Kami masih seperti anak sekolah pada umumnya, perkuliahan dimulai pukul 07.15
pagi dan paling lama selesai menjelang zuhur, tetapi kembali ke dosen, jika
mereka tidak menghendaki masuk sesuai jadwalnya, maka dia akan mengganti jadwal
perkuliahan seenaknya. Mahasiswa, begini resikonya. Semua serba sendiri, jika
kita tidak pandai – pandai mencari celah, bisa-bisa
salah alamat.
Tentang
Waktu
27 November 2011
Akhir" ini
terlalu mudah bagiku untuk mengeluarkan airmata, terlalu menyentuh hati jika ada sesuatu yang membuat aku terkejut,
terlebih kesepian yang selalu memaksaku menemaninya.
Aku rasa tahun
ini aku harus lebih giat lagi dalam mencapai sesuatu, dibutuhkan keseriusan
dalam segala hal, dicukupkan waktu untuk membaginya dengan cermat tepat. Benar
- benar butuh support lebih dari
orang sekitar, benar – benar ingin mencapai kesuksesan dengan jalan yg Dia
Ridhoi.
Ya Rabb,
permudahlah aku dalam memahami segala bentuk pelajaran dari-Mu, berikan aku hidayah dan ridho-Mu dalam setiap langkahku.
Jadikan aku orang paling beruntung dari
orang yang kau kehendaki sebelum aku.
Tuhan... Aku
ingin mereka tersenyum ,menangis haru dan bangga atas keberhasilanku kelak, aku
ingin menjadi teladan bagi adik – adikku. Aku ingin mereka bangga memiliki anak
sepertiku, memiliki kakak sepertiku.
And i believe! I can do it! A shining star is a superstar!
Tuhan....
Engkau tidak pernah menolak doa yang mulia, Engkau hanya
menunda, hanya menyimpan rahasia sampai tiba waktunya. Karena hanya Engkau yang
mampu menjalankan mesin waktu sesungguhnya. Dan demi waktu yang berputar setiap
detiknya, tak akan aku sia – siakan semua kesempatan yang Engkau berikan
kepadaku.
P.S : I need you Mom,
Dad, Brotha, and youngest sista ! your support, your affection is important for
me! J
Mega hadir membawa matahari kembali beristirahat sampai fajar
membangunkannya. Terdengar lantunan Kalamullah
dari pengeras suara masjid di dekat rumahku. Waktunya menutup semua jendela dan
hordeng yang melengkapi setiap sisi rumahku. Jam segini, ibuku biasanya baru
pulang dari ngajar privat-nya,
berangkat pukul tiga sore dan baru kembali menjelang magrib, dua tempat
sekaligus dia datangi. Ayahku masih di rumah sakit, beliau tugas di salah satu
rumah sakit Bandar Lampung, sebagai anggota binrohis disana, baru akan tiba
dirumah sekitar pukul sepuluh malam saat aku tertidur. Terkadang ada jadwal
tertentu untuk mengajar ngaji dari satu rumah ke rumah lainnya. Sedangkan Adikku
yang pertama masih duduk di ujung bangku sekolah dasarnya dan dia sedang asik
menonton cartoon dengan adik keduaku.
Pejalan
Kaki dan Jalan Raya
01 april 2011
Hari ini pasti,selalu dan akan tetap
ramai setiap pukul 06.00 pagi bahkan dibawah waktunya. Punya peraturan yang
setiap awal bulan tepat ditanggal 1 semua penghuni XII IPA 1 berhak menentukan
tempat duduk mereka masing –masing,tanpa protes,tanpa penghalang dan tanpa
diskriminasi.
Drrtt...drrt...
Ira :
01/04/2013 05:01
Mel, dateng pagi
ya.. Cupin kita di depan lg. kyk ny gw agak siang. Tolong y mel.
Me :
01/04/2011 05:30
Sbb ra, insyaallah. Gue bru bangun nih. Hhe.
Insyaallah-nya
orang indonesia selalu begini. Hehe.. pagi ini aku tidak bisa tepat waktu, suara
ayam jantan tidak berkokok pagi ini, jadi aku tidak sadar jika sudah siang
begini. Tak perlu basa – basi aku langsung ke kamar mandi untuk mengambil air
wudhu,menunaikan salat subuh di tengah waktu. Seperti biasa, aku membantu ibu
di dapur untuk mencuci gunungan piring kotor sebelum aku pergi mandi.
“Zah,
cepetan mandinya!!! Gue berangkat pagi!!” teriakku dari dapur, adikku yang
pertama sedang memakai kamar mandi, dan ini menambah waktu berangkatku.
“Sabaaar
wooy!! Gue juga berangkat pagi!!”
“Makanya
kalo mau berangkat pagi itu jangan bangun siang,” celoteh ibuku dimulai.
Terpaksa tak sempat sarapan pagi ini, selalu begitu kalau awal bulan.
Jalanan ini
serupa dengan jakarta tapi tak sama. Pukul 07.00 banyak kendaraan yang tidak
ingat aturan lagi, ada yang tiba – tiba keluar dari gang kecil dengan kecepatan
tinggi tanpa tengok kanan dan kiri, ada yang menyalib tanpa mata, dan tidak sedikit
kendaraan yang membunyikan klakson ditangannya masing – masing seperti satu
irama jika digabungkan. Karya seni yang tidak disadari.
Gerbang sudah
dijaga oleh beberapa penguasa penting di sekolah. Semua siswa jika pukul 07.15
belum masuk gerbang,pasti akan ada hukuman yang menanti mereka disana. Masih
kurang sedikit untuk terlambat hari ini, untung saja aku diizinkan masuk oleh
para penguasa itu.
Haah..haah.. Napasku tersenggal – senggal, akibat berlari – lari dari
luar gerbang tadi. Meskipun kelasku hanya jarak 20 meter dari gerbang kedua
tetapi tubuhku sudah menghasilkan cairan hasil proses pembakaran lemak tadi.
“Wooo...
ameeeell!! Kita di depan nih,” baru sampai saja sudah di amuk begini, tapi tak apalah yang penting duduknya bertatapan
langsung dengan guru.
“Hoohh..
capek coy, sukur alhamdulillah gue
bisa sampe’ sini. Ya ampun,” aku langsung melepaskan sepatuku dan bergegas
masuk untuk duduk.
Waktu yang
singkat hari ini, sesingkat senyum dari seseorang yang kujumpai pagi tadi.
Sebelum pulang, para siswa laki – laki diwajibkan salat jumat terlebih dahulu
di masjid sekolah kami. Sedangkan siswa perempuan bebas melakukan apa saja,
gerbang terbuka lebar, siapapun boleh keluar masuk jika hari seperti ini karena
masjid di sekolah kami sudah digunakan untuk para muslim yang ingin menghadap
Tuhannya.
Agenda yang
rutin diadakan teman – teman sekelasku sangat menarik, setiap jumat siswa
perempuan pasti ada yang membeli nasi bungkus di depan sekolah, dan paling
mengasyikkan jika dimakan bersama – sama. Pertama, gratis untuk yang tidak
mengeluarkan kocek,termasuk aku,
tetapi aku lebih sering membawa bekal
dari rumah. Kedua, menjaga keakraban antar individu. Mengagumkan.
K-Pop Lovers dikelasku pasti ada! Pasti!
Penggila Korean, dari boyband hingga
asal mula terbentuknya negara gingseng itu. Oh tidak!! Aku tenggelam dalam
kerumunan manusia yang benar – benar sudah gila sepertinya. Setiap detik tidak
ada waktu untuk telingaku mendengar lagu – lagu lokal, selalu korean. Boyband, movie, trend mode,aksara sampai
issue yang terjadi disana. Setiap ada
waktu luang, K-Pop Lovers akan
melancarkan aksinya, menonton video klip boyband
misalnya. Hanya beberapa lagu yang telah mengkontaminasi otakku saat ini, super junior – bonamana. Baiklah, otakku
tidak seberapa menolak jika masih satu virus yang masuk.
Minggu ini
diisi dengan acara bebas, terserah masing – masing akan melakukan apa yang
penting tidak mengganggu hak oranglain, itu cukup. Siswa perempuan di kelasku
sangat kreatif, banyak ide yang mereka gunakan untuk mengisi waktu luang. Ada
tiga orang atau lebih berkumpul membentuk lingkaran,lalu saling curhat. Ada
juga yang gila kamera, satu persatu
bergantian mengambil gambar pose teman – temannya. Duduk santai di depan kelas
sambil makan makanan ringan juga lumayan banyak. Yaaa itulah mereka, selalu ada
tingkah yang di luar dugaan.
Siswa laki –
laki sudah menyebar dari pintu masjid,menandakan mereka telah menunaikan urusan
mereka dengan Tuhan. Sekarang giliran kami para siswa perempuan bergegas
mmengambil mukenah dan langsung menuju ke masjid untuk salat zuhur.
Hmm.. berhadapan dengan
buku pelajaran ‘lagi’. Sehabis salat zuhur, rasanya enggan untuk kembali
menghirup udara pengetahuan di ruangan ini, panas, bosan, lelah jadi satu.
Sudah beberapa minggu ini aku benar – benar lelah, seperti kehilangan waktu
istirahatku. Semoga pengorbanan ini tidak sia – sia saat ujian nasional nanti.
Jujur, materi yang
disampaikan oleh guru hari ini tidak ada yang menempel di otakku. Waktu yang
kunanti datang juga. Pergi dan pulang berbeda, pergi diantar dan pulang tak
dijemput. Hampir senja, masih separo jalan untuk sampai dirumah. Setiap pulang
sekolah aku selalu jalan kaki untuk sampai tempat tinggalku,hanya 1km dari
sekolah ke rumah. Tak enak hati merepotkan orangtua, lebih baik aku jalan
santai sembari melihat anak – anak kecil bermain, dan kendaraan yang menurunkan
penumpang di ujung jalan, ini lebih mengenang.
Study
Tour
22
Juni 2011
Kebersamaan dimulai.
Semua siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung sudah berkumpul di area
sekolah. Rencana yang aku tunggu – tunggu akhirnya datang juga. Tidak sedikit
barang yang dibawa oleh teman – temanku. Ada yang sudah membawa koper tapi
membawa tas gendong pula. Hari ini mereka tampak mahasiswa, mengenakan celana jeans, sweater, topi dan masih banyak
yang menggantung dibadan mereka.
Kecewa sekali aku,
sudah datang lebih awal tetapi tetap saja tradisi orang indonesia tidak
berubah. Kami baru berangkat dari gapura sekolah pukul 8 pagi. Perjalanan kami
diawali dengan kalimat bismillahhirrohmaanirrohiim
dan doa masing – masing.
Posisi duduk sesuai
keinginan para siswa. Para pembimbing hanya mengabsen siswanya untuk masuk ke
dalam bus. Hampir lima kali kami diabsen para pembimbing. Aku memilih di
depan,bangku nomor tiga dari sebelah kanan supir. Cukup untuk dua orang. Selama
SMA, aku sangat akrab sekali dengan tiga orang yang sudah menemaniku selama
hampir lima tahun ini, bagaimana tidak? Sejak duduk dibangku SMP, aku selalu
satu kelas dengan mereka. Subhanallah. Bagaikan satu keluarga yang kokoh.
Senang sekali rasanya
bisa satu ruangan dalam perjalanan yang memakan waktu berhari – hari dengan ipa
1, tidak sabar untuk sampai di tanah jawa. Masa – masa seperti ini benar –
benar terjadi, SMA adalah hal terindah yang pernah kualami. Hanya SMA yang bisa
merasakan keluh kesahku, akan sangat kurindukan momen seperti ini Tuhan.
Rute kami berawal dari Demak,Yogyakarta
lalu diteruskan ke Bandung dan akan berakhir di Jakarta. Akan sangat melelahkan
perjalanan kali ini. Keadaan di bus sungguh mengasyikkan, tiada kata yang dapat
aku katakan saat langit mulai gelap sore itu. Aku paling senang kalau lewat
jakarta, sebab banyak kendaraan lalu lalang disana, jalanan sudah seperti
lautan kendaraan.
Hari pertama,kami
mengunjungi Demak, disana kami sampai sekitar pukul 07.00 pagi, salat subuh di
masjid kendal. Setelah salat subuh, aku dan teman – temanku memebeli beberapa
cemilan dan minuman hangat, kami kedinginan di bus, air conditioner yang suhunya bisa mencapai
hibernasi kutub utara.
. Tanpa pikir panjang, rombongan wisata kami langsung menuju
Demak, disana banyak orang berziarah, setiap harinya selalu ramai. Aku keluar
dari bus dan langsung mencari kamar mandi untuk mandi, aku tidak tahan hampir
sehari tidak sempat bersih – bersih badan. Rela menunggu antrian demi
kenyamanan bersama.
Disana,semua pengunjung
diwajibkan mengambil air wudhu sebelum memasuki area masjid Demak dan pemakaman
para wali. Dengan niat baik, kami menuju pelataran masjid, lalu melihat – lihat
berbagai macam benda peninggalan zaman dulu yang masih tertata rapi di etalase
dan dirawat dengan baik di museum.
Tidak lama kami ada di
Demak, setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta. Perjalanan
masih sama, dingin yang menusuk seluruh persendianku, memaksaku beringkuh di
atas kursi.
Kami tiba di Jogjakarta
sekitar pukul 15.00 sore. Peristirahatan pertama kami disini, Yogyakarta
memakan waktu dua hari semalam. Kami terlambat untuk tiba di hotel yang telah
di booking oleh panitia, karena
sorenya kami langsung mampir ke candi borobudur. Keagungan Tuhan bisa kulihat
disini, tampak kecil aku jika melihat bangunan ini bila dilihat dari kejauhan,
dan ini seperti raksasa yang sedang bermeditasi. Subhanallah, ini kebesaran-Mu.
Penasaran dengan benda
raksasa itu, membuat langkahku berlari menujut loket. Tetapi alhamdulillah,
rombongan pariwisata kami langsung masuk, ternyata sudah diatur oleh panitia
sekolah. Great!. Untuk mengunjungi
area candi, kami diharusakan memakai kain batik, katanya sih supaya sopan naik ke puncak candi.
Menghirup udara sore di
puncak candi ini, aku bisa merasakan kesegaran ini, keindahan yang belum pernah
ku temui sebelumnya. Menyentuh dinding – dinding relief candi, melalui manusia
yang benar – benar di bawah kuasa-Mu Ya Rabb.
Hanya sebentar melihat
– lihat pemandangan dari puncak candi yang begitu megah, orang – orang yang
sedang berjalan di bawah sana tampak seperti semut. Sangat kecil. Bagaimana aku di hadapan Tuhan?
Aku dan teman – teman
sekelasku mengabadikan semua momen ini. Kami naik ke pelataran candi, area itu
begitu ramai, pelancong asing berlalu-lalang. Saat kami ingin menaiki tangga,
kami melihat turis asing seperti orang asing, karena temanku sangat
menginginkan turis tersebut untuk berfoto dengan kami, akhirnya aku menghampiri
turis itu.
“Can I take picture with you?”
“Oke you can,”
dengan senyumnya yang begitu memikat, dan benar – benar good-looking menurutku mampu membuat hatiku dag dig dug.
Aku dan teman – temanku
memisah dari rombongan untuk mencari pelancong lainnya, kami berempat berfoto
bergantian, terkadang kami memberhentikan teman kami yang tanpa sengaja lewat
di depan kami, maklum saja jarang sekali kami pergi kesini berbarengan.
Hampir pukul 05.00 sore
kami mendengar pemberitahuan dari pengeras suara yang mengatakan bahawa rombongan pariwisata MAN 1 Model
Bandarlampung diharapkan untuk segera menuju bus masing – masing karena kita
akan melanjutkan perjalanan.
See you borobudur, see you semua pedagang yang baik hati, see
you next time. I’ll be here soon.
Sungguh berat hati ini
meninggalkan tempat yang sudah menggoreskan kenangan walau hanya setitik. Mau
tidak mau kami bergegas meninggalkan tempat wisata, kami melaju ke penginapan Musafira Hotel. Lelah rasanya, magrib baru tiba di
penginapan. Aku dan tiga orang temanku langsung masuk ke penginapan dan mencari
kamar, tanpa sepengetahuan yang lain, alhamdulillah kami sekamar hanya
ber-empat.
Waktu semakin larut,
kami istirahat sejenak lalu mandi secara bergantian. Sedikit angin yang
dihasilkan dari kipas di samping televisi membuatku ingin rebahan sembari
menunggu giliran. Rencana pertama setelah sampai penginapan malam ini adalah take a walk bersama science one lainnya.
Sangat jarang bagiku untuk bisa bersenda gurau bersama mereka, menikmati malam
di kota lain dan menyapa langit dengan tawa.
“Guys disuruh makan malem tuh sama guru – guru!”
“Oke, tengkyu kawan!
Nanti kitaorang kesana,” sehabis mandi,kami langsung mengenakan piyama, dan
kebetulan kami sedikit serasi dengan mengenakan piyama.
Kamar kami ada dilantai
bawah jadi tidak seberapa sulit untuk menjangkau makan malam yang telah menanti
kami. Tidak banyak makanan yang masuk ke perutku malam ini, tidak ada yang bisa
membuatku nafsu akan mereka, yang ada di pikiranku hanya ingin keluar menikmati
malamnya jogja dan menulusuri Sayidan tanpa beban.
“Bu, kami boleh keluar sebentar gak?,”
“Udah malem ini Nak,
gak usah ya?”
Kami memaksa, rugi saja
kami jika malam ini tidak bisa menyapa malam indah ini. Tetapi akhirnya paksaan kami berbuah manis, kami
diizinkan keluar dengan syarat tidak boleh larut malam dan tidak boleh
berpencar. Kami sepakati semua itu.
Subhanallah, terang
benderang disini. Para penduduk kota banyak yang masih sibuk dengan aktivitas
masing – masing. Semua tidak memandang usia, ada bapak – bapak paruh baya yang
masih bekerja mencari nafkah dengan menawarkan delmannya untuk ditumpangi, ada
juga para remaja yang sekedar berkumpul dengan teman – temannya adu style
dengan sepeda fixie mereka. Andai aku
diberi kesempatan lebih lama disini, mungkin tiap malam aku akan refreshing ke tempat seperti ini, kota
pelajar.
Lebih terasa perjalanan
malam ini apabila berjalan dari penginapan hingga pasar malam. Entah kenapa,
aku hanya suka melihat barang – barang yang bagus disini tapi tidak untuk
dibeli, seperti hanya sebuah hasrat belaka. Aku hanya ikut memilih dan memilah
barang yang cocok untuk dibeli teman – temanku, ya sekedar itu. Masih banyak
tempat yang belum aku kunjungi dalam perjalanan panjang ini.
Alarm handphone-ku berdering menandakan waktu
subuh tiba. Enggan beranjak dari kasur empuk ini, masih pagi buta pula. Kembali
tertidur beberapa menit sebelum teman sekamarku membangunkanku. Akhirnya aku
salat subuh,bersantai ria sejenak dan pergi mandi secepatnya. Handphone-ku selalu kuusahakan dalam
keadaan batrey-full.
Rencana pagi ini,
mengelilingi malioboro-nya dan wisata batik di jogjakarta. Menarik! Tidak sabar
ingin cepat – cepat mandi. Setelah kami semua mandi, tak lupa untuk sarapan.
Menu pagi ini nasi goreng yang lezat, makan terasa lebih nikmat bila berkumpul
semua.
Hanya jaket kelas,
celana jeans dan jilbab yang ku
kenakan saat itu. Sebelum berkeliling, kami mampir ke Keraton Jogjakarta. Bukan
kami sebenarnya, bukan aku, tapi hanya teman – temanku. Aku dan Putri teman
sekamarku, sedikit tersesat dari rombongan, aku lupa penyebab semua ini.
Aku dan Putri malah
keliling malioboro menggunakan becak-nya jogja, terlihat seperti orang ling –
lung, kami seperti ditipu, awalnya diajak keliling lalu berhenti di satu toko
dan sampai akhirnya meminta uang lebih saat kami ingin kembali pulang ke bus.
Sial! Pikirku, apa – apaan ini.
24
Juni 2011
Pagi ini kami langsung
membereskan pakaian dan barang – barang kami, karena pagi ini juga kami harus
meninggalkan penginapan ini. Selamat tinggal Musafira Hotel,selamat tinggal Sayidan, selamat tinggal daun yang
bergoyang. Selamat tinggal.
Memutar arah
perjalanan, kami pergi ke Candi Prambanan. Perjalanan lumayan lama hari ini,
sore hari tiba di Prambanan. Reruntuhan akibat gempa gunung Merapi beberapa
tahun silam masih meninggalkan jejak yang tak terlupakan, meratakan seluruh
makhluk hidup disekitarnya, hanya butiran – butiran pasir yang menjadi saksi
bisu.
**
24 Juni 2011
Kami segera
mengambil barang bawaan yang sebelumnya di bagasi mobil. Keadaan kali ini tidak
memungkinkan untuk keluar malam terlalu jauh dari penginapan. Udara kota
kembang memang tidak bisa diremehkan. Dingin kembali menyikat setiap tulang dan
persendianku. Rombongan pariwisata kami tiba pada malam hari.
Penginapan disini
sedikit mengurangi rasa nyamanku. Aku dan sebagian teman seperjuanganku
kebagian kamar di lantai dua, dan satu kamar isinya enam orang,mengecewakan.
Setelah selesai
menyelidik setiap bagian kamar dan meletakkan semua barang bawaan. Aku
istirahat sejenak, dan sembari menunggu giliran mandi, aku menghidupkan televisi.
Saat aku ingin membuka pintu dan keluar, ada satu temanku yang ceroboh saat
itu.
“Ini duit siapa? Kenapa
di sebar – sebar gini?” teriakku kepada semua penghuni kamar. Lembaran lima
puluh ribuan berserakan dibelakang pintu keluar.
“oh iya, itu duit gue
belum gue taro dalem tas,hhe biarin aja disitu nanti gue ambil” tanpa dosa
membiarkan uang – uang itu berserakan. Aku khawatir saja kalau dia tidak bisa
makan dijalan hanya karena kecerobohan ini.
**
Malam ini, the boys mengajak kami untuk pergi ke distro baju dan tempat – tempat belanja
yang murah disini. Ternyata alumnus yang studi di salah satu instansi swasta di
bandung mampir ke penginapan ini, jadi mengajak hanya beberapa orang saja untuk
ikut keluar malam ini. Tetapi aku dan lima orang temanku lebih memilih
istirahat sejenak dan setelah itu memilih untuk mengelilingi penginapan ini
dari luar berjalan kaki.
Keluar dari
penginapan perlu mengenakan jaket, jujur saja aku tidak kuat merasakan dingin
seperti ini. Ku tutup seluruh tanganku,
ku balutkan sebagian jilbab ke wajahku. Malam yang dingin ini senang bisa
berada di kota ini kawan.
“Wah, kamar
kita keliatan dari sini. Hahaha”
“Iya juga
ya. Wah, itu apa tuh yang ngegantung di jendela kamar kita?” firasatku tidak
enak, seperti ada orang berpakaian putih yang sedang menggantung di pinggir
jendela. Aroma mistis telah menyelimuti kami malam ini. Tidak ingin berlama –
lama di jalan raya ini, kami mempercepat langkah kami.
Malam semakin larut,
mata tidak bisa menahan hasratnya untuk segera berpetualang di alam bawah
sadarku. Jujur, aku belum bisa tidur, masih was – was dengan kamar yang kami
tempati ini. Semua lampu tetap dimatikan, alasannya ada beberapa temanku kalau
tidur harus mematikan lampu kamarnya.
**
26
Juni 2011
Tengah malam tadi
seharusnya ada hal yang mengejutkan, tetapi semuanya gagal karena ternyata
semua penghuni kamar tertidur pulas. Freak
sekali surprise-nya, bangun di
subuh hari, dan to de point saja
mengucapkan ulangtahun kepada teman sebangkuku.
“Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday
to you!!” sorak sorai dari lantai dua berhasil membangunkan seluruh penghuni
penginapan pagi ini. Jauh dari perkiraan kita rencana ini. Hari ini tepat ulang
tahun yang ke tujuh belas untuk Irawati Tamara, hari jadi ini mungkin tidak
akan terlupak olehnya. Di bandung, surprise
yang konyol, saat fajar menjelang.
Sehabis bersorak –
sorai pagi ini, kami segera bergantian mengambil wudhu untuk menunaikan salat
subuh. Hanya alarm handphone yang
menyadarkan kami akan waktu salat. Bergantian untuk salat subuh, setelah itu
mandi. Air dalam bak mandi seperti air yang baru keluar dari freezer. Aku bahkan sampai menggigil.
Pagi – pagi sekali kami
diharuskan bersiap – siap meninggalkan penginapan ini. Sarapan kali ini tidak
enak menu-nya, sayurnya manis
semua,sedangkan aku tidak terlalu suka makanan manis, aku merindukan rasa yang
bisa membakar lidah. Dan akhirnya aku membeli beberapa roti dan minuman diluar,
daripada aku mati kelaparan karena dingin dan perut kosong,pikirku.
Kaca mobil sampai berembun
karna pagi ini, semua siswa berbondong – bondong menuju mobil bus mereka masing
– masing. Selalu mengingat kalau saja ada barang yang tertinggal di kamar.
Setiap perjalanan
selalu diawali doa, semoga selamat sampai tempat awal kami. Kali ini kami menuju
Jakarta, sepanjang perjalanan menuju monumen nasional, aku dan seluruh teman –
teman yang ada di ruangan ini bernyanyi bersama, karaoke, menonton film bahkan
lupa akan waktu, hitung – hitung refreshing.
Jalan raya dipenuhi
kendaraan roda empat, maklum saja, kami lewat jalur tol. Banyak tanah – tanah
kosong di sisi – sisi jalan.
Tidak terasa,sampai
juga di Jakarta saat magrib, kami mampir di Masjid Istiqlal untuk memenuhi
panggilan-Nya. Guru pembimbing kami menyarankan untuk membawa semua barang –
barang berharga yang ada di dalam bus, karena tidak yakin dengan keamanan
disini. Saat itu handphone-ku sengaja
tidak aku bawa, karena sedang aku cas. Aku letakkan di dalam tas sengaja aku
selipkan dibagian dalam tas, mana mungkin ada orang jahat yang akan mengobrak –
abrik tas siswa satu persatu kecuali barang tersebut terlihat langsung oleh
mata.
Jama’ah dari berbagai
kawasan hadir untuk menunaikan salat magrib, banyak yang menjadi imam disana.
Karena memungkinkan sandalku hilang, jadi aku menitipka di penitipan sandal
disana. Dengan tenang aku mengambil air wudhu, rasanya segar sekali, ingin
mandi tapi situasi tidak menghendaki. Aku dan temanku langsung salat magrib
berjamaah.
Selesai salat
berjamaah, kami langsung keluar masjid dan menunggu siswa yang lainnya di
pelataran masjid. Makan malam akan segera hadir, semoga menu-nya bisa menggairahkan lidahku,mengenyangkan perut ini dan
melelapkan tidur malam ini.
Ada sedikit keganjalan disini,
aku bingung saat membaca tulisan dihadapanku yg berkata bahwa “seikhlasnya”. Tapi,aku
yang saat itu bersama temanku ingin mengambil sandal yang kami titipkan, malah dimintai
uang,padahal saat itu kami kantong kami bolong, dan nada lelaki penjaga yang ada
di penitipan barang agak sedikit memaksa untuk meminta uang. Jelas – jelas seikhlasnya,tapi
malah begini. Kurogoh setiap kantong celana jeans-ku,
dan temanku melakukan hal yang sama sepertiku,dia nihil tapi aku yang akhirnya mengeluarkan
satu lembar lima ribu,hanya itu yang ada di kantongku. Tapi yasudahlah, terimakasih
sudah boleh menitipkan barang kami disini meskipun diletakkan seenaknya. Lalu, kuserahkan
lembaran itu seutuhnya dan kami berlalu meninggalkan tempat secepatnya.
“Anak – anak kemari,
makan dulu,ajak temen-temennya sini.” Wali kelasku memanggil kami semua, dia
sedang mempersiapkan nasi kotak untuk dibagikan.
Malam gelap tanpa
bintang, semoga tidak hujan, tapi jarang sekali jakarta terkena hujan, sekali
hujan, semua kawasan meluap bagaikan laut lepas. Puncak monumen nasional terlihat
dari sini, terang sekali. Sambil menyantap makan malam, canda dan tawa menghiasi
malam ini.
Monas! I’m coming! Tidak
lupa untuk selalu mengabadikan segala momen ini. Aku dan ketiga temanku langsung
turun dari bus dan menghambur keluar, menjauh dari bus dan mendekati keramaian malam
di tempat sejarah ini. Kami bertiga menelusuri lapangan, kanan kiri banyak pedagang
yang masih mempromosikan daganganya. Disana hanya beli jam tidur dan gantungan kunci
sejenisnya.
**
Terlalu indah bila
dilukiskan dengan kata – kata untuk kujadikan sebuah syair. Tetapi terlalu
pahit untuk dikenang. Kenanganku, yang pernah kualami bersamamu.
No comments:
Post a Comment